• This is default featured slide 1 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 2 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 3 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 4 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 5 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Closer~ Naruto Shippuden (Amalee & Pellek Cover)


Okey.. check microphone.. testing.. testing.. satu.. dua.. tiga.. check.. hallo.. hallo.. hallo.. (Lah ini ngapain?)


Pernah ada Rasa Cinta, Antara kita kini tinggal kenangan. Ingin kulupakan semua tentang dirimu. Namun tak lagi kan seperti dirimu oh kekasih.. (Malah nyanyi heh)


Bosan-bosan gini enaknya dengerin musik. Dan aku akan share salah satu Ost populer Naruto Shippuden. Siapa sih yang tidak mengenal naruto? semua orang tentu sudah mengetahui anime atau manga tersebut. Yah selain jalan ceritanya, lagu-lagunya pun banyak dikenal orang terutama para otaku dan banyak juga orang-orang yang mengcover dari Ost nya.


Closer, lagu yg dibawakan oleh Joe Inoue ini merupakan Ost Naruto Shippuden yang ke 4. Lagu yang bergenre rock dan jpop ini digunakan sebagai Theme song Naruto Shippuden pada episode 78, yaitu ketika pertarungan antara Asuma, Shikamaru, Kotetsu, Izumo melawan hidan dan kakuzu yang merupakan duo zombie dari akatsuki yang menyebabkan gugurnya asuma sensei.





Namun, aku tidak akan share lagu closer dari Inoue Joe itu, aku akan share cover lagunya yang diaransemen ulang oleh youtuber terkenal Amalee & Pellek versi English dub nya, meskipun hanya menampilkan 1 gambar saja tapi videonya sudah ditonton dan didengarkan lebih dari 4,3 juta kali!. Udah banyak ost yang telah di cover oleh amalee ini, misalnya saja sword art online, attack on titan. Penasaran? tonton video nya diyoutube gih.. atau bisa juga didengarkan langsung disini. Jangan lupa subscribe ya!










 Sudah didengarkan? Nah ini liriknya.



Closer - Naruto shippuden (Amalee & pellek cover)


All that we love and hold so dear.
Could dissapear one day without warning.
Oh, we fear if we get too close it.
Will lose it all in a heartbeat.


Can you reminise? can you recall, the last time.
You felt some joy at all.
Or maybe you are so blessed to a point.
Where you can't remember anything.


The fact we're alive right here and now.
We take it for granted but that's how.
We'll find hope when we may need it most.
When we realize the miracle.


*Reff*
*All that we love and hold so dear.
Could dissapear one day without warning.
We fear if we get too close it.
Will lose it all in a heartbeat


You know the closer you get to something.
The tougher it is to see it.
And ill never take it for granted.
Let'sgo.*


Some people may call the kindest deed.
An act of more hypocrisy.
But never mind those who have lost their faith.
You shouldn't give in to what the say.


As a matter of fact, just hear me out.
Even if it was for a selfish cause.
A salvageable hypocrisy is surperior to murderous honesty.


*Reff 2*
Everyone tells you from time to time.
To never give up like a scene from a movie.
They tell you to stand up for yourself.
As if it was always that easy.


There is a handful of courage in my heart.
That is waiting to shine on my darkest day.
And i'll never take it for granted.
Let's go. 


Nah, ini lirik versi japannya, siapa tau ada yang nyasar.. biar lengkap. muahaha.


Mijika ni arumono
Tsune ni ki wo tsuketeinai to
Amari ni chikasugite
Miushinatteshimaisou

Anata ga saikin taiken shita
Shiawase wa ittai nan desuka
Megumaresugiteite
Omoidasenai kamo

Ima koto ni iru koto
Iki wo shiteiru koto
Tada sore dake no koto ga
Kiseki da to kizuku

Mijika ni arumono
Tsune ni ki wo tsuketeinai to
Amari ni chikasugite
Miushinatteshimaisou

You know the closer you get to something
The tougher it is to see it
And I'll never take it for granted
Let's go

Hito dasuke wo gizen to
Yobu yatsura mo iru kedo
Shinjiru no mo utagau no mo
Hito sorezore dakara

Tatoe karini sore ga
Gizen deatta toshitemo
Dareka wo sugueta nara
Sore mushiro nani yori mo riaru

Oitsuzuketekita yume
Akiramezuni susume yo nante
Kirei koto wo ieru hodo
Nani mo dekichainai kedo

Hitonigiri no yuuki wo mune ni
Ashita wo ikinuku tame ni
And I'll never take it for granted
Let's go

Mijika ni arumono
Tsune ni ki wo tsuketeinai to
Amari ni chikasugite
Miushinatteshimaisou

You know the closer you get to something
The tougher it is to see it
And I'll never take it for granted

Oitsuzuketekita yume
Akiramezuni susume yo nante
Kirei koto wo ieru hodo
Nani mo dekichainai kedo

Hitonigiri no yuuki wo mune ni
Ashita wo ikinuku tame ni
And I'll never take it for granted
Let's go
 
 
Share:

Karena Kau Tak Sendirian :)



(ini adalah cerpen yang inspirasinya dari video clip dengan judul kau tak sendiri_ dengan beberapa perubahan :D )


***


Apapun yang terjadi..
kukan selalu ada untukmu..
janganlah kau bersedih..
'Cause everything gonna be okay..


Lamunanmu itu akhirnya terhenti oleh angin pasang yang seakan makin menggerogoti tubuh kecil nan lemahmu. Lalu kamu matikan musik player yang dilantunkan dari ponsel jadul yang dinyanyikan oleh bondan prakoso itu. Kamu tahu bahwa hanya lirik-lirik penyemangatlah yang membuat hatimu nyaman dan damai disaat dunia tak lagi berpihak padamu.






Langit senja kekuningan yang mengirimu berjalan pagi ini perlahan-lahan merubah warnanya, menjadi semakin gelap. Matahari sore yang sudah lama terik di belahan langit lain kini mulai menyembunyikan wajahnya. Cahayanya terlihat merunduk turun dari seberang gedung tua terbengkalai tak terawat yang berada di ujung kota ini. Hawa panas yang sejak tadi menerpa kemejamu perlahan mulai mendingin, meski tetap saja kamu masih panas menerima semua ini. Ya, semua kejadian yang menimpa dirimu. 


Kamu terduduk di ujung balkon gedung biasa tempat bernaungmu ini, tempatmu melepas penat dan melampiaskan kekesalan terhadap dirimu sendiri dan juga terhadap mereka yang seenaknya kepadamu. terlintas gedung ini memang terlihat tak terawat dan sepertinya sebentar lagi akan dirubuhkan. Gedung ini begitu terkucilkan. Ya, sama sepertimu. Yang hanya kamu lakukan disini hanyalah duduk termenung dilantai atas menikmati angin sambil sesekali mengamati kerumunan orang yang berlalu-lalang dijalan raya melewati gedung tua ini, kamu masih setia duduk disana. Tak ada tanda-tanda bahwa kamu akan cepat pergi.



 Kamu mulai menggaruk-garuk kepalamu yang sama sekali tidak gatal.dan mengacak-acak rambutmu yang memang sudah berantakan itu. Mencoba untuk tidak mengingat lagi kejadian pahit sekaligus memalukan yang terjadi hari ini. Bukan, bukan dihari ini saja. Tetapi setiap hari. Airmata mengalir lagi dari mata sembabmu dan turun melewati sela-sela kacamata bulat nan tebal, benda yang setiap kali mereka permainkan. lalu, kamu meyakinkan dirimu kembali "Tidak apa-apa kok, semua akan baik-baik saja" pernyataan yang selalu kamu ulang..


Seberapapun kamu mencoba untuk melupakan, namun kejadian demi kejadian tersebut selalu terngiang. Kamu ingat pagi ini dikampus tempatmu menuntut ilmu. Kamu mencoba untuk menjadi mahasiswa semester 2 seperti biasanya. Hanya saja, kamu harus menghindari mereka yang mengincarmu menjadi mangsa. Namun apalah daya, kamu memang ditakdirkan untuk berada di roda bawah, dan sama sekali tidak bisa kamu putar. 


"Sampah! tolong diangkut!," Kamu akhirnya membaca tulisan dengan huruf kapital dikertas yang berada dipunggungmu dibawah pohon nan rindang dekat alun-alun fakultas. Pantas saja, orang-orang dari tadi memandangimu berbisik-bisik dan tersenyum. bagimu itu merupakan senyum penghinaan bagi yang sudah mengetahui kamu "berlangganan" dengan mereka. entahlah.. kamu tidak peduli. kamu tahu pasti yang menaruh kertas itu ialah salah satu dari mereka. Namun merasa sesampah apapun dirimu, tersenyumlah..  


mengingat kejadian itu, kamu kembali menunduk seakan semuanya tidak pernah terjadi. Tetapi ingatan demi ingatan pahit selalu bermunculan memporak-porandakan habis dirimu lagi. Siang tadi, kamu mencoba untuk melupakan rasa sakit yang selama ini kamu alami dengan sejenak membaca buku dibangku kayu taman kampus. kamu mencoba untuk menikmati alunan kata dari buku tersebut sampai beberapa orang menepis buku yang kamu baca hingga terlempar sedikit jauh dari tempatmu duduk. ah, mereka lagi. kamu memandangi mahasiswa kurus tinggi yang lagaknya seperti preman itu dengan pandangan yang seakan mengatakan "sudah cukup, aku tidak ingin bertemu dengan kalian lagi!." pria yang rambutnya diikal lalu menatapmu dan berkata "Apa lo liat-liat,cupu!" lalu menjitak kepalamu dengan keras, seakan kamu tidak punya harga diri sama sekali.  Temannya yang tadi menepis bukumu pun menganggapmu remeh. Kamu hanya bisa menerima perlakuan mereka, menurutmu tidak ada jalan lain lagi selain begitu. Kamu tidak ingin membalas dendam seberapa frustasi kamu dibuat mereka. Lagipula kamu tidak akan sanggup. kamu meyakinkan diri sendiri bahwa kamu adalah orang yang kuat dan bisa membuat keadaan menjadi lebih baik. Tersenyumlah..



"Cupu!" "idiot!" "sampah" seperti sarapan siangmu saja. bahkan nama-nama hewanpun dan penghinaan keluar dengan entengnya dari mulut mereka. tindakan dan perkataan mereka menghukummu seperti ribuan anak panah yang dilontarkan kearahmu, seakan mengoyak habis daging dan hatimu. begitu sakit mendengarnya, begitu lelah badanmu itu dikerasi oleh mereka. Tapi kamu hanya menahan sekuat tenaga agar tak semakin terisak akibat tindakan mereka selama ini. seberapapun kamu coba, sakit itu tak bisa kamu hilangkan, semakin sakit dan sakit. membuatmu semakin terisak keras. Air matamu sepertinya sudah tak bisa keluar lagi dan kamu juga tidak ingin mengeluarkannya.


Gedung inilah yang mejadi saksi biksu betapa teraniayanya dirimu. Dan kamupun sepertinya berharap adanya bantuan, kamu tahu hati dan pikiranmu itu sudah lelah dan penat dan tidak bisa menghadapi semuanya sendirian. Kamu selalu membatin. Dan merasa iba terhadap diri sendiri. Kamu merasa tidak punya sahabat sama sekali. ada sih seseorang, tapi sepertinya dia mulai menjaga jarak denganmu karna kamu berhubungan erat dengan preman-preman kampus itu. Dia takut jika terlalu dekat denganmu akan membuat dia menjadi sasaran berikutnya. Dan kamu paham dengan itu dan juga mulai menjauhi diri. Orang tuamu pun sepertinya juga tidak bisa membantu. Kamu mendongakkan kepala keatas dan tetap masih dibalkon gedung yang sejak tadi kamu duduki, dan menengadahkan tangan kiri keatas seakan meminta pertolongan, seseorang akan menarikmu dari jurang kesedihan. Kamu yakin kamu sama sekali tidak sendirian..


***


Sunyi.. Kamarmu sunyi seperti gedung tempat kamu bernaung akhir-akhir ini, rumahmu pun sepertinya juga begitu. Seperti tidak ada kehidupan sama sekali. Kamu memandangi sebuah foto yang terpajang di atas rak belajarmu, menatap penuh arti foto keluarga kecil yang didalamnya ada dirimu. foto tersebut dibingkai dan sudah mulai kusam, wajahmu pun terlihat lebih muda difoto itu. kamu lihat wajah orang tuamu dengan kasih. Kedua wajah mereka tersenyum, begitu juga denganmu. Sepertinya kamu merindukan keluargamu yang dulu.. secercah senyumanpun mengalir dibibirmu.





kesunyian pun sirna disaat kamu mendengar bentakan keras dari ruang tengah dan merasuk ditelingamu.
"Sudah kubilang aku tidak pernah bermain dengan perempuan lain! sebenarnya apa yang kau pikirkan sehingga menuduhku seperti itu? apa kau mau bercerai, Hah?!!" suara berat pagi ini yang kamu tau berasal dari ayahmu menggema di seisi ruangan. Semakin lama, semakin sengit saja kedua orangtuamu itu bertengkar. Ibumu pun sepertinya juga tidak mau kalah. Mereka mempertahankan egonya masing-masing. semua ini tidak akan terjadi jika ayahmu tidak kehilangan pekerjaannya. Mendengar mereka bertengkar seperti itu membuat dadamu tiba-tiba terasa sesak dan berat, merasa seperti ada sebuah tangan yang melesak masuk kedalam dadamu dan mencengkram sesuatu didalamnya dengan kuat. Badanmu pun mendadak merasa lemas. Raut bibir yang tadinya tersenyum karena melihat foto perlahan-lahan mulai menghilang dan meninggalkan ekspresi kekecewaan. Pendengaranmu pun sepertinya juga ikut memudar.


Lalu, untuk apalagi kamu hidup?


Apakah mereka tidak memikirkan perasaanmu? kamu memang benar-benar merasa terasingi dan membutuhkan sandaran untuk menghadapi masalah yang menurutmu parah itu. kamupun memakai baju kaos dan kacamata lalu keluar dari kamar yang hiruk pikuk karna terlalu berisik. Berjalan melewati mereka yang tidak memperhatikan sekitar. Suara mereka sepertinya menggelengar sampai ke tetangga sebelah. Kamu tak tau sampai kapan ini semua akan berakhir. Kamu sudah muak dan bosan, sebaiknya kamu keluar saja, mencari cemilan misalnya. Lalu Kamu pasang helm dan kendarai motor butut kesayanganmu yang terpakir didepan rumahmu itu, satu-satunya hadiah yang diberikan ayahmu yang masih tersisa. Mungkin sebentar lagi motor tersebut juga akan dijual untuk memenuhi kebutuhan, dan kamu mulai meninggalkan rumah yang dulu menjadi surgamu itu..


Pusat kota, sambil fokus mengendarai motormu, kejenuhan dan kekesalan tetap mencoba menyelimutimu setiap hari. Ingin rasanya kamu pergi dari kehidupan ini dan mengulang kembali kehidupan dimana orang-orangnya lebih menganggapmu ada. Sambil tetap fokus mengendarai motormu itu ditengah kota yang ramainya mobil-mobil berlalu lalang, kamu sesekali mencoba menikmati setiap perjalananmu. Dengan bernyanyi mungkin? entahlah.. yang jelas kamu ingin semuanya benar-benar berakhir.


Ingatan pahit lagi-lagi muncul, kamu mengingat kembali kejadian dikampus saat kamu makan dikantin, Ya, kamu sepertinya juga masih membutuhkan makanan untuk terus hidup. Tentu saja saat itu kamu sendirian. Seseorang yang salah satu dari mereka datang lalu mengambil paksa makanan yang akan menunda sedikit rasa laparmu. Kamu mencoba sedikit melawan. Tentu saja, karena nasi itu adalah satu-satunya uang yang kamu miliki dihari ini dan kamu belum makan sama sekali. Namun sepertinya dia jauh lebih kuat dan mulai membawa nasi kotakmu pergi dari hadapanmu dengan penuh sinis lalu bergabung bersama kawan-kawan seperguruannya dibelakang kantin. Kamu tau bahwa mereka tidak lapar, mereka hanya ingin mengganggumu..



Sambil tetap mengendarai motor, ingatan demi ingatan selalu saja terngiang seberapapun kamu mencoba untuk melupakannya. Kamu tahu bahwa hidup tidak hanya sekedar tentang patah hati, tidak hanya sekedar tentang sakit hati saja. Kamu mengingat bahwa setiap hari sepulang kampus kamu menyempatkan diri bersembunyi dari balik pohon lalu memandangi perempuan cantik baik hati layaknya bidadari yang sedang menunggu seseorang. Kamu selalu melihatnya dari jauh, dari balik pohon itu. Tentu saja kamu tidak berani mendekatinya karena kamu sadar siapa dirimu. Kamu tahu kamu memang tidak sederajat dengannya. bahkan untuk menyandingkan namamu dengan namanya pun sangat tidak pantas. Kamu dan dia ibarat langit dan bumi. Ketika pertama kali melihatnya, hatimu sedikit ragu dan semakin lama kamu mulai kagum dan berharap semoga kelak ia akan menjadi jodohmu. Jodoh yang kamu impi-impikan. Namun kamu sadar, realita tidak akan pernah sesuai dengan sinetron yang kamu tonton tiap malam itu.





Ingatan lain, kamu saat itu berjalan melewati taman kampus tempat kamu biasa membaca buku, tentu saja sambil berjalan kamu selalu membaca dan tidak memperhatikan sekitar. Tanpa sadar sebuah kaki melentang menghambat langkah kakimu dan membuatmu tersungkur dan terjatuh. Di taman ini juga ada mereka ternyata. mereka yang selalu membullymu. Mereka berkumpul menjadi satu. Apakah hanya kebetulan saja kamu bertemu dengan mereka? sepertinya iya.. mungkin juga tidak. "Eh bodoh! kalau jalan liat-liat!." Salah satu dari mereka mencacimu, yang lainnya mengangkatmu berdiri lagi, dan mendorongmu hingga tersungkur kembali. Kamu sama sekali tidak bisa melawan. Menghindarpun sepertinya juga tidak bisa. melihatmu lunglai dan menatap dengan tatapan lemas seperti itu, membuat dua dari mereka mengangkatmu disaat kamu terlentang ditanah, harga dirimu benar-benar diinjak. lalu kemudian melemparmu hingga kamu jatuh terguling-guling dan menghantam pohon. Untung saja kamu tidak membawa laptop atau barang besar lainnya didalam tasmu


Kamu tau kamu tidak bisa mengontrol mereka. Sama sekali tidak bisa. Kamu berusaha untuk tidak ambil pusing dengan berusaha mengontrol apa yang mereka lakukan, katakan, atau pikirkan. Karena hal itu tidaklah mungkin. Yang menurutmu bisa kamu lakukan sekarang ini ialah mengontrol dirimu sendiri dengan pilihan sendiri. kamu selalu mencoba untuk tidak mengambil hati perkataan mereka, mengambil hati tindakan mereka. Namun sepertinya tindakan mereka tersebut sudah sangat keterlaluan. Tapi kamu tidak bisa melakukan apa-apa. 


Lalu, untuk apalagi kamu hidup?


Tidak sadar kamu akhirnya sampai didepan supermarket yang ramai akan orang. Ya, berbahaya memang, melamun sambil berkendara. Kamu memarkirkan motor bututmu itu tanpa digembok maupun dikunci sama sekali, meletakkannya disela-sela mobil yang juga terparkir disana. Supermarket tersebut memang sepertinya tidak punya tukang parkir dan security sehingga para pembeli bebas memarkirkan kendaraannya dimanapun. dengan perasaan tanpa was-was kamu memasuki perbelanjaan dan tidak takut maupun cemas akan motormu yang terparkir tanpa keamanan sama sekali. bahkan motormu bisa dinyalakan tanpa adanya kunci, oleh karena itulah untuk kekampuspun kamu lebih memilih untuk berjalan kaki. Tapi toh siapa yang akan mencuri kendaraan butut seperti itu? begitu pikirmu. Kamu kedalam hanya sebentar saja, membeli minuman dan mie instant lalu kembali pulang, mungkin yang dirumah sudah mereda.


Kamu seolah tak menghiraukan posisi motor yang terparkir tanpa kunci, tanpa keamanan maupun digembok sama sekali, yang masih terparkir di dekat trotoar depan perbelanjaan yang berbatasan dengan jalan raya itu. Membuat siapapun yang punya kesempatan dan peluang mencurinya dengan mudah, menghidupkan stater nya saja, lalu kabur.. dan benar saja. tanpa kamu sadari seseorang berbadan tambun sudah dari tadi mengincar motor bututmu itu. Dengan sedikit tengok kanan tengok kiri dan "ngeng".. dia menancap gas lalu meninggalkanmu yang masih antrian menunggu pembayaran makanan dikasir. Meninggalkan supermarket itu.


 Panik.. tentu saja hal pertama yang kamu lakukan adalah panik. Melihat motor butut yang sebelumnya kamu parkir disini mendadak hilang begitu saja disaat keluar dari perbelanjaan itu. Namun kamu tidak bisa berbuat apa-apa. Kamu tidak bisa menyalahkan supermarket itu karna kamu sendirilah yang salah karna sembarangan dalam parkir. Kamu khilaf mungkin atau tidak tau bahwa sebenarnya kawasan itu merupakan kawasan yang rawan. Kamu mengutuk dirimu sendiri, kenapa hidupmu benar-benar hancur seperti ini?. Dengan mudahnya kamu menghilangkan satu-satunya harta yang sebentar lagi akan dijual oleh orang tuamu. Kamu mungkin tidak sanggup lagi pulang karena kamu takut mengatakan kepada mereka. Apakah kamu akan berbohong? sepertinya mustahil. Mungkin setelah ini akan terjadi perdebatan hebat lagi dan membuat rumahmu benar-benar tidak seperti surga lagi.

 
Pasrah.. tidak ada yang bisa yang kamu lakukan. Kenapa masalah selalu datang bertubi-tubi seperti ini? hidup memang sepertinya tidak pernah berpihak padamu. Kenapa kamu yang harus seperti ini? mungkin ini ujian untuk membuatmu naik ke level yang lebih tinggi lagi. Yang kamu harus lakukan adalah .. tetap bertahan. begitu batinmu. Kamu mulai mengacak-acak rambutmu kesal pertanda bahwa kamu sudah tidak sanggup lagi. Sambil berdiri, kamu jatuhkan helm bulat yang selama ini melindungi kepalamu mengendarai motor bututmu itu. Dan mulai berjalan, berjalan tanpa arah. Kamu tidak tahu akan kemana. Pulang? tidak mungkin. Kamu belum siap untuk mengatakan yang sesungguhnya kepada mereka. Kamu menangis, kembali menangis. Kamu buka kacamatamu untuk mengelap tetes yang jatuh, rasanya asin dan meluncur begitu saja keujung bibirmu. sudah tak terbendung lagi..


Kamu terus berjalan hingga akhirnya sampai di sebuah taman di tepi kota. Taman yang kamu lewati dari rumah tadi. Sekilas taman ini tidak berbeda dari taman kampus tempat biasa kamu duduk dan membaca. Hanya saja, taman ini ada di tepi jalan raya. Kamu berjalan melewati taman itu seolah tidak punya tujuan hidup lagi. Celakanya, mereka juga ada disitu. mereka yang selalu membullymu. Kenapa.. Kenapa kamu dan mereka selalu bertemu? seolah-olah kamu memang ditakdirkan untuk ditindas. Apa mereka benar-benar mengincarmu? atau hanya sekedar iseng saja. bukan, iseng bukan seperti ini. Hanya karena kamu culun, hanya karna kamu menggunakan kacamata. Tidak berarti mereka bisa seenaknya kepadamu. Kenapa mereka hanya mengincarmu saja? bukankah dikampus itu sangat banyak manusia sepertimu?


Salah satu dari mereka mulai mendekatimu, sok akrab seperti tidak ada yang terjadi saja. salah satu yang lainnnya merangkul pundakmu. Lalu perlahan menarikmu bergabung dengan mereka yang duduk di ayunan. Ya, orang yang berambut ikal yang memakai kemeja kotak-kotak ialah bosnya. Kamu tau itu, mereka lalu mendorongmu paksa hingga membentur pria yang berambut ikal tadi. Dia menatapmu lalu mengangkat kerah bajumu. menampar-nampar kecil mukamu yang sudah sembab dengan airmata, kamu sudah tidak kuat lagi. Kamu sudah tidak sanggup untuk melawan lagi. Lalu pria tersebut menarik kepalamu dengan paksa dan membenturkanmu ke sebuah papan hingga badanmu terasa sakit. sakit sekali.. Sialnya, dia mengambil kacamatamu lagi. Lalu memasangnya sambil menyalakan rokok dan melihatmu penuh hinaan. kawan-kawannya pun sepertinya mulai ingin menghajarmu. kamu pun tergelepar tak berdaya dan mereka juga sepertinya sudah puas.


***


Entah sudah berapa lama kamu setengah sadar, perlahan-lahan penglihatanmu menghilang, sebagian menjadi gelap dan kamu kehilangan konsep akan waktu. Kamu bahkan tidak tahu saat ini kamu sedang sepenuhnya sadar atau sedang bermimpi. Dan untuk kesekian kalinya, kamu tidak bisa melawan. Kamu rasakan perih yang menjalar disudut bibirmu. bahkan sampai sekarangpun pipimu masih mati rasa karena pukulan mereka. Pukulan ini memang bukan yang pertama kalinya untukmu. kamu sudah sering mendapatkannya dari mereka. Kadang bibirmu akan bengkak dan mengeluarkan darah. Atau punggungmu yang terus menerus memar karena menerima pukulan. Dan sepertinya, kamu sudah tidak kuat lagi..


Lalu, untuk apalagi kamu hidup?


Saat sadarpun, kamu mulai berlari.. berlari dan terus berlari.. airmatamu menyatu bersama keringat yang membasahi mukamu serta memar yang mengganggu pipimu. Kamu berlari ketempat kamu biasa melepas penat. Ya, gedung itu.. Satu-satunya tempat untuk kamu menyendiri adalah gedung itu, gedung tua yang pernah menjadi milik ayahmu. Gedung tua yang terbengkalai yang merupakan proyek milik ayahmu. Sebelum perusahaan ayahmu itu bangkrut dan semua harta ayahmu disita. Gedung itu hampir jadi dan tidak akan terbengkalai seperti ini. Kamu melempar tas milikmu lalu berteriak sekeras mungkin di lantai atas, kamu tidak peduli ada yang mendengar atau tidak. Yang ingin kamu lakukan hanya ingin berteriak. Lalu Kamu mengambil kayu seraya memukul mukul dengan keras tiang digedung itu.. meluapkan segala kekesalanmu, melampiaskan segala amarahmu. berharap semuanya berakhir.. Namun kamu tau semua tidak akan berakhir semudah itu.. kamu memegang rambutmu dengan jari-jarimu, dan mencoba memukul-mukul kepala dengan kedua tanganmu itu. tidak tahan lagi.. kamu sudah tidak tahan lagi.. kamu membatin setiap hari. Sampai kapan semua ini akan berakhir?

 
Dadamu kembali koyak, setiap detakan jantungmu membuat hanya sakit luka yang kembali merekah. Kamu akhirnya pasrah dan memilih kenyataan yang disuguhkan dunia kepadamu. Stres, kamu melampiaskan dengan menenggelamkan diri di bawah lipatan tangan. Habis sudah, Hidup memang tak seperti yang kamu inginkan, yang kamu harapkan.. kamu mencoba untuk kembali, kembali dan kembali menerimanya dengan hati tenang dan meyakinkan dirimu.. bahwa kamu tidak sendirian. Kamu mengambil nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya secara perlahan diiringi oleh semilir angin yang menyisir rambutmu. Apa kamu tidak ingin mengakhiri hidup? kamu lagi-lagi memaksa dirimu untuk tetap bertahan. Ya, mungkin sudah seharusnya kamu harus tabah.


Kamu membuka tas yang sudah kotor akan debu dan mengambil kertas kosong lalu membuat lipatan-lipatan khusus sehingga menjadi pesawat kertas, mainan yang selalu kamu buat dulu. Pesawat tersebut tidak hanya satu yang kamu buat, tapi puluhan, mungkin binder kuliahmu hampir habis karena itu. Tak lupa, kamu juga menulisi kertas-kertas tersebut. Hanya satu yang kamu pikirkan, kamu hanya ingin melampiaskan semuanya lewat pesawat-pesawat kertas itu. "Stop pembullyan" , "jangan jadikan perbedaan sebagai perbudakan" , "sebentar lagi aku akan jadi pemenang". salah satunya tulisan sejenis itulah yang kamu tulis. kamu yakin diluar sana banyak yang seperti dirimu, kamu berharap ada orang yang akan menolongmu. Dan juga berharap ada sesuatu yang menarikmu dari jurang dalam yang bernama keputusasaan itu. Kamu terbangkan dengan kuat pesawat-pesawat tersebut satu persatu. dorongan membuat pesawat itu terbang tinggi, angin juga membantu untuk menerbangkan kertas-kertas itu, apalagi kamu berada dilantai pertengahan gedung itu. Kamu tidak peduli ada yang membaca atau tidak, kamu hanya ingin menerbangkannya. pesawat-pesawat tersebut sepertinya juga terbang jauh dan mulai mendarat satu persatu.





Namun, ada satu pesawat yang durasi terbangnya itu lumayan lama, lama sekali.. meliuk-meliuk seakan melawan arah angin. Dan mendarat tepat dihadapan pria bertopi yang sedang duduk dimeja, tampak pria tersebut jauh lebih tua darimu, dan mungkin kamu belum mengenalnya, sambil menulis dengan pena yang sepertinya bait-bait lagu.. lalu dia membuka pesawat kertas tersebut, dan memunculkan sebuah tulisan.. dia pun menoleh dari mana asal pesawat itu..


Bersabarlah ketika sayapmu basah. Dan sekali lagi berjuanglah agar kamu dapat terbang. Ikuti arah angin. terbang lebih tinggi, jauh lebih tinggi dari sebelumnya.


SELESAI
  






Aznil Fadlah 

Share:

Search

Category List

Contributors

Followers

Labels